Wednesday, November 14, 2007

Artificial Guts

(Keberanian yang di Rekayasa)

Ternyata bukan cuman kecerdasan yang bisa direkayasa (Artificial Intelligent), tapi keberanian juga bisa.
Berdasarkan jenis keberanian bisa kita lihat gambaran hati dari seorang petarung, apakah sebenarnya mereka memiliki keberanian atau keberanian itu hanya sekedar hasil rekayasa.
Who’s the real smartfighter?

PETARUNG NEKAD
Tipe petarung nekad adalah petarung yang berusaha mengurangi tingkat kesadaran diri sendiri waktu mau bertarung, semakin ga sadar semakin berani, bisa kita lihat pada sosok kebanyakan preman. Preman berkelahi senengnya sambil mabok, mereka pikir dengan mabok bisa meningkatkan kadar keberanian, hal ini juga yang membedakan antara preman dengan anggota Gangster-Mafia-CostaNostra yang lebih terlatih dan terorganisir. Bahkan bukan preman saja yang beranggapan mabok bisa bikin berani, lihat aja tawuran antar kampung, tawuran ormas, tawuran pelajar bahkan mahasiswa, dan tawuran-tawuran lain yang terjadi dimasyarakat, sering kali tercium aroma minuman keras bahkan ditemukan juga Obat Fly yang bikin kesadaran kita terbang melayang. Jadi, semua keberanian mereka berasal dari hilangnya kesadaran.

Itumah namanya modal NEKAD tok, cuman modal keberanian yang direkayasa.
Sewaktu zaman kafiran (sebelum bertobat) Istrinya Gito Rolies pernah bertanya ke suaminya, kenapa setiap mau manggung mesti minum bir dulu sampe mabok ? “Biar keliatan hebat, berani dan percaya diri” kata kang Gito. Terakhir sambil mangkel si Istri ngomong “yang hebat itu botol bir bukan Gito Rolies”

PETARUNG PRIMITIF
Nah, kalo zaman dulu biasanya petarung dari suku-suku primitif sebelum bertarung selalu pergi ke DUKUN atau biasa juga disebut jasa orang-orang tua yang dianggap punya kesaktian, makanya DUKUN biar muda tetep dipanggil MBAH biar keliatan tua. Beberapa mungkin hanya minta nasehat, tetapi banyak juga yang minta dikasih obat kuat (Non Viagra or sejenisnya), azimat, minuman yang penuh sugesti, bahkan yang bikin mabok juga ada dari zaman dulu. Lalu orang-orang tua zaman dulu tsb memberikan petarung “paket” sugesti, bahwa dia harus bertarung di hari tertentu dan di bulan tertentu, itulah hari baik yang akan membawa kemenangan, kalo diluar hari baik maka kemalangan akan menimpa petarung, singkat kata “paket” sugesti ini berisi apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilanggar oleh si petarung klo dia ga mau dapet kutukan tujuh turunan. Dan… sebelum bertarung dilakukanlah ritual mistik-holistik untuk membangkitkan keyakinan bahwa dunia “gaib” ikut memberikan dukungan. Setelah itu, barulah dengan gagah berani petarung primitif berangkat ke medan laga dengan penuh keyakinan bahwa ini adalah hari keberuntungan dan hari ini tidak akan ada kekalahan yang menimpa dirinya…. Eng-ing-eeeng. Kecuali, kalau sampai ke medan laga dan akan bertarung ternyata dia baru sadar zimatnya yang dari MBAH DUKUN ketinggalan dirumah, petarung tersebut pasti lari minta pulang karena bagi petarung primitif “ketinggalan zimat = ketinggalan keberanian” buat informasinya, Model petarung primitf masih hidup bahkan di zaman muktahir ini.

Dalam bentuknya yang berbeda, ini tetap saja merupakan keberanian yang direkayasa.
Ingat !!! Percaya sama “DUKUN” sama dengan bercaya sama “BERHALA”

Ternyata dari zaman baheula sampai sekarang kebanyakan petarung tidak seberani yang kita kira. Mereka cenderung mencari sandaran untuk meningkatkan keberanian. Mulai dari paket sugesti (azimat,syarat&ritual) sampai sesuatu yang menghilangkan kesadaran akal sehatnya yaitu yang bikin mabok.
Hasilnya mudah ditebak, apa yang model NEKAD-PRIMITIF atau yang RASIONAL-STRATEGIS yang bisa bertarung dengan PINTAR dan MENANG ?